Kata-kata yang akhir-akhir ini sering saya dengar sebagai 'penyemangat' para survivor pasien dgn penyakit kronis dengan diagnosis 'mematikan'. Mengapa saya katakan penyemangat karena pada dasarnya hal tersebut hanya ada pada 1 dari sekian banyak org yg menderita penyakit kronis yg mematikan. Hampir semua orang yg mengalami sakit, apapun itu baik ringan maupun berat maka pada awalnya akan merasa 'tertekan' dan akan mengalami perbaikan bisa dgn cepat maupun lambat. Namun tidak sedikit juga yg tekanan tersebut terus berlangsung hingga waktu yg tidak dpt ditentukan. Entah tekanan tsb ringan atau berat, pastilah akan ada suatu perasaan tidak nyaman yg terjadi.
Seorang tokoh yg menjadi penyemangat tersebut sekarang sudah tiada, kata-kata beliau sangat menyentuh. Ada hal-hal yg perlu dicermati dlm hal ini, saat seseorang mengalami 'tekanan' mental apapun bentuknya seringan apapun itu maka seringkali kita akan berkata "kenapa hal ini harus terjadi padaku?"..... kalimat ini suatu ungkapan wajar saja, saat seseorang menghadapi keadaan yg tidak nyaman pada dirinya. Seperti kalimat-kalimat pendahulunya sebelum pernyataan "saya tidak menanyakan mengapa saya", beliau mengatakan bahwa beliau didiagnosis mengidap "x" bbrp bulan yg lalu dan sudah pada stadium terminal yang artinya sakit beliau tdk mampu diapa-apan lagi dengan teknologi kedokteran saat ini, dan beliau mengungkapkan bahwa setelah didiagnosis tersebut produktifitasnya tidak menurun, beliau memiliki suami yg penuh pengertian, sosial ekonomi yang cukup, anak-anak yg pintar dan menggembirakan, dsb. Sampai beliau mengatakan saya tidak bertanya mengapa saya? Maksudnya mengapa beliau mengalami hal ini.
Kalau kita cermati kalimat-kalimat tersebut terdapat inti makna yg menjadi kunci kebrhasilan beliau utk tidak merasa tertekan dgn kondisi tersebut yaitu DUKUNGAN SOSIAL (keluarga,lingkungan-jabatan, dan ekonomi), sehingga yang terjadi adalah kondisi perasaan nyaman dan sejahtera sudah melekat pada diri beliau. Itulah sebabnya saat mengalami hal berat tersebut beliau tdk mengatakan mengapa saya.
Ironisnya, berapa banyak orang yang boleh dikata seberuntung beliau di negara ini??? keluarga hamonis, lingkungan nyaman, finansial bagus, segala terpenuhi,fasilitas hidup mencukupi dan masih banyak lagi. Hal ini tidak banyak dijumpai di dalam masyarakat kita. Banyak sekali pengidap penyakit kronis yang mematikan datang dari kalangan miskin, utk makan saja masih hutang, keluarga berantakan, sosial buruk, tidak ada pekerjaan dan masih banyak sekali kondisi yg 180 derajat berkebalikan dgn kondisi yg ideal. Wajar kan kalau kemudian mengatakan 'mengapa saya?' (yg mengalami sakit ini)
Utk menciptakan kondisi ideal bagi mental kita di negara masih mungkin kah?
salam
Seorang tokoh yg menjadi penyemangat tersebut sekarang sudah tiada, kata-kata beliau sangat menyentuh. Ada hal-hal yg perlu dicermati dlm hal ini, saat seseorang mengalami 'tekanan' mental apapun bentuknya seringan apapun itu maka seringkali kita akan berkata "kenapa hal ini harus terjadi padaku?"..... kalimat ini suatu ungkapan wajar saja, saat seseorang menghadapi keadaan yg tidak nyaman pada dirinya. Seperti kalimat-kalimat pendahulunya sebelum pernyataan "saya tidak menanyakan mengapa saya", beliau mengatakan bahwa beliau didiagnosis mengidap "x" bbrp bulan yg lalu dan sudah pada stadium terminal yang artinya sakit beliau tdk mampu diapa-apan lagi dengan teknologi kedokteran saat ini, dan beliau mengungkapkan bahwa setelah didiagnosis tersebut produktifitasnya tidak menurun, beliau memiliki suami yg penuh pengertian, sosial ekonomi yang cukup, anak-anak yg pintar dan menggembirakan, dsb. Sampai beliau mengatakan saya tidak bertanya mengapa saya? Maksudnya mengapa beliau mengalami hal ini.
Kalau kita cermati kalimat-kalimat tersebut terdapat inti makna yg menjadi kunci kebrhasilan beliau utk tidak merasa tertekan dgn kondisi tersebut yaitu DUKUNGAN SOSIAL (keluarga,lingkungan-jabatan, dan ekonomi), sehingga yang terjadi adalah kondisi perasaan nyaman dan sejahtera sudah melekat pada diri beliau. Itulah sebabnya saat mengalami hal berat tersebut beliau tdk mengatakan mengapa saya.
Ironisnya, berapa banyak orang yang boleh dikata seberuntung beliau di negara ini??? keluarga hamonis, lingkungan nyaman, finansial bagus, segala terpenuhi,fasilitas hidup mencukupi dan masih banyak lagi. Hal ini tidak banyak dijumpai di dalam masyarakat kita. Banyak sekali pengidap penyakit kronis yang mematikan datang dari kalangan miskin, utk makan saja masih hutang, keluarga berantakan, sosial buruk, tidak ada pekerjaan dan masih banyak sekali kondisi yg 180 derajat berkebalikan dgn kondisi yg ideal. Wajar kan kalau kemudian mengatakan 'mengapa saya?' (yg mengalami sakit ini)
Utk menciptakan kondisi ideal bagi mental kita di negara masih mungkin kah?
salam
No comments:
Post a Comment