Beberapa pertanyaan yang sering muncul dalam masyarakat adalah apakah timbulnya gangguan jiwa dapat diperkirakan? berapa lamakah dapat terjadi? bagaimana kah dapat terjadi? seberapa berat? dan masih banyak lagi.
Beberapa pakar psikiatri mengatakan bahwa timbulnya gangguan jiwa tidak dapat diperkirakan, namun beberapa yang lain berpendapat bahwa dengan mengetahui kerentanan dan faktor resiko yang dipunyai oleh seseorang ,maka akan dapat diprediksi kemungkinan-kemungkinan timbulnya gangguan jiwa. Walaupun demikian prediksi tersebut baru sebatas pada mungkin tidak nya terkena gangguan jiwa, belum bisa mengetahui seberapa berat, berapa lama, dan jenis gangguan yang mungkin terjadi.
Beberapa kerentanan yang ada yang memungkinkan seseorang dapat terjadi gangguan di kemudian hari adalah :
- Personality : kepribadian
Jenis kepribadian yang memberikan peran besar dalam terjadinya gangguan jiwa adalah kepribadian cemas, kepribadian depresif, kepribadian emosional-agresive, serta kepribadian tipe A.
- Pola pengasuhan dari keluarga dan lingkungan
- Penyalahgunaan Zat
- Penyakit Kronis
Faktor-faktor di atas merupakan indikator sederhana bagaimana kerentanan terhadap stres akan ada pada diri seseorang. Apabila faktor-faktor tadi ditambahkan dengan faktor-faktor pencetus serta beberapa faktor psikososial akan menyebabkan seseorang menjadi rentan terhadap stresor-stresor yang datang sehingga memudahkan orang tersebut menderita gangguan jiwa.
Ronny Wirasto
Consultation-liaison psychiatry atau dikenal dengan Psikiatri Konsultasi Liaison merupakan salah satu sub spesialisasi dalam psikiatri yang menekankan pada keterkaitan-hubungan kondisi medis dengan psikiatri. Liaison psychiatry meliputi area psychosomatic medicine (psikosomatik medik), health psychology (psikologi kesehatan) dan neuropsychiatry (neuropsikiatri).
Saturday, December 13, 2008
Psikiater series : Prediksi Gangguan Jiwa
Monday, December 8, 2008
Psikiater series : Stigma Gangguan Jiwa : Berkah atau Musibah Bagi Praktisi Kesehatan Mental
Gangguan jiwa adalah gangguan pada otak dan seluruh fungsi fisiologisnya. Walaupn demikian belum semua hal dapat terjawab dengan penjelasan secara neurofungsional. Ada beberapa hal hal yang masih dijelaskan secara teori seperti :
- teori psikoanalisa
- teori belajar
- teori kepribadian
dan masih banyak lagi teori-teori yang mendukung untuk menjelaskan bagaimana kerja mental atau jiwa seseorang.
Namun begitu, secara cukup meyakinkan telah banyak diteliti bahwa gangguan jiwa bahkan berhubungan dengan metabolisme protein. Perubahan-perubahan rantai protein tertentu akan menyebabkan perubahan fungsi otak yang mengakibatkan berubahnya fungsi menta/jiwa seseorang.
Kecanggihan teknologi yang ada ternyata masih belum mampu menjelaskan secara gamblang kepada seluruh lapisan masyarakat bahwa gangguan jiwa adalah gangguan medis. Masih banyak sekali angapan dan pemahaman yang tidak begitu relevan terhadap gangguan jiwa. Seperti :
1. gangguan jiwa disebabkan oleh 'sesuatu' yang tidak tampak
2. gangguan jiwa adalah kutukan
3. gangguan jiwa adalah dosa
4. gangguan jiwa adalah gangguan roh
5. gangguan jiwa adalah disebabkan guna-guna
6. gangguan jiwa adalah ......
masih banyak anggapan-anggapan yang 'tidak tepat' terhadap pengertian gangguan jiwa. Hal-hal tersebut tidak hanya pada masyarakat dengan pendidikan rendah saja, namun pelajar, mahasiswa,bahkan orang-orang dengan pendidikan doktor pun dan bahwa beberapa profesor pun beranggapan sama.
Pemahaman budaya-kultur, adat istiadat yang turun temurun begitu kental dan mendarah daging sehingga majunya teknologi masih saja belum mampu mengubah pola pikir tentang gangguan jiwa tersebut.
Stigma, itulah istilah yang sekarang ada untuk menjelaskan hal tersebut. Ada beberapa sebab yang menyebabkan stigma itu muncul dalam masyarakat.
1. Dalam mendapat pelajaran tentang suatu ajaran dalam budaya tidak tuntas dan lengkap
2. Orang yang menjelaskan tentang ajaran budaya atau keyakinan tertentu tentang gangguan jiwa, tidak mengaplikasikannya dalam pengetahuan eksakta
3. Ajaran-ajaran yang ada hanya sepotong-sepotong tanpa ada penjelasan ilmiah dibalik semua itu, walaupun dulu ajaran-ajaran itu didapatkan PASTI menggunakan metode ilmiah
Adanya stigma tentang gangguan jiwa, akan menyebabkan
1. penanganan gangguan jiwa yang tidak optimal
2. terlambat
3. Peningkatan angka kejadian
4. Deteksi dini yang kurang memadai
ada baiknya bahwa pemahaman tentang gangguan jiwa tersebut perlu ditinjau kembali dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat.
Ronny T Wirasto
Ronny3w@gmail.com
- teori psikoanalisa
- teori belajar
- teori kepribadian
dan masih banyak lagi teori-teori yang mendukung untuk menjelaskan bagaimana kerja mental atau jiwa seseorang.
Namun begitu, secara cukup meyakinkan telah banyak diteliti bahwa gangguan jiwa bahkan berhubungan dengan metabolisme protein. Perubahan-perubahan rantai protein tertentu akan menyebabkan perubahan fungsi otak yang mengakibatkan berubahnya fungsi menta/jiwa seseorang.
Kecanggihan teknologi yang ada ternyata masih belum mampu menjelaskan secara gamblang kepada seluruh lapisan masyarakat bahwa gangguan jiwa adalah gangguan medis. Masih banyak sekali angapan dan pemahaman yang tidak begitu relevan terhadap gangguan jiwa. Seperti :
1. gangguan jiwa disebabkan oleh 'sesuatu' yang tidak tampak
2. gangguan jiwa adalah kutukan
3. gangguan jiwa adalah dosa
4. gangguan jiwa adalah gangguan roh
5. gangguan jiwa adalah disebabkan guna-guna
6. gangguan jiwa adalah ......
masih banyak anggapan-anggapan yang 'tidak tepat' terhadap pengertian gangguan jiwa. Hal-hal tersebut tidak hanya pada masyarakat dengan pendidikan rendah saja, namun pelajar, mahasiswa,bahkan orang-orang dengan pendidikan doktor pun dan bahwa beberapa profesor pun beranggapan sama.
Pemahaman budaya-kultur, adat istiadat yang turun temurun begitu kental dan mendarah daging sehingga majunya teknologi masih saja belum mampu mengubah pola pikir tentang gangguan jiwa tersebut.
Stigma, itulah istilah yang sekarang ada untuk menjelaskan hal tersebut. Ada beberapa sebab yang menyebabkan stigma itu muncul dalam masyarakat.
1. Dalam mendapat pelajaran tentang suatu ajaran dalam budaya tidak tuntas dan lengkap
2. Orang yang menjelaskan tentang ajaran budaya atau keyakinan tertentu tentang gangguan jiwa, tidak mengaplikasikannya dalam pengetahuan eksakta
3. Ajaran-ajaran yang ada hanya sepotong-sepotong tanpa ada penjelasan ilmiah dibalik semua itu, walaupun dulu ajaran-ajaran itu didapatkan PASTI menggunakan metode ilmiah
Adanya stigma tentang gangguan jiwa, akan menyebabkan
1. penanganan gangguan jiwa yang tidak optimal
2. terlambat
3. Peningkatan angka kejadian
4. Deteksi dini yang kurang memadai
ada baiknya bahwa pemahaman tentang gangguan jiwa tersebut perlu ditinjau kembali dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat.
Ronny T Wirasto
Ronny3w@gmail.com
Sunday, December 7, 2008
Psikiater series : Deteksi Dini Gangguan Jiwa/Mental
Di dalam setiap kejadian, maka tidak akan pernah lepas dari beberapa hal yang terkait dengan kejadian tersebut. Sedikitnya terdapat dua hal yaitu faktor resiko, dan faktor pencetus (trigger factor). Begitu pun dalam masalah-masalah kejiwaan. Faktor-faktor resiko terjadinya masalah dalam kejiwaan seseorang telah terbentuk sejak masa dalam kandungan dan akan terus berkembang hingga akhir hayatnya. Faktor resiko ini menyebabkan seseorang menjadi tahan terhadap stres ataupun malah sebaliknya seseorang menjadi rentan terhadap stres.
Tidak sedikit orang beranggapan bahwa kehidupan 'keras' akan mendidik seseorang menjadi lebih mandiri, lebih tegar, lebih percaya diri dan lain sebagainya. Tidak..!! tidak demikian adanya. Semua itu tergantung dari faktor lain yang ikut dalam kehidupan seseorang.
Faktor resiko seseorang meliputi antara lain :
- Faktor prenatal (masa kehamilan) : lama kehamilan, umur ibu saat hamil, gizi ibu, gizi janin, kesehatan janin-ibu, kondisi emosional ibu saat hamil, konsumsi makanan dan obat-obatan saat kehamilan, aktifitas ibu saat kehamilan.
- Faktor ante natal (saat melahirkan) : trauma lahir, berat badan bayi lahir, proses kelahiran (caesar/normal), obat-obatan saat kelahiran, Apgar score,
- Faktor post natal (sampai umur 2 tahun) : gizi balita, pola asuh, pola keluarga, penanaman nilai dasar, kehangatan emosional keluarga, obat-obat, penyakit kronis
- Faktor masa kanak
- Faktor masa remaja
- Faktor masa dewasa
- Faktor Psikososial
- Faktor Genetik
- Faktor lain dalam mengubah rantai protein : seperti radiasi
begitu kompleksnya faktor-faktor ini menyebabkan prediksi kemungkinan adanya gangguan mental baik ringan maupun berat pada seseorang di masa datang menjadi suatu hal yang masih mustahil. Namun demikian deteksi dini atau pengenalan sejak awal terhada adanya kerentanan tersebut perlu dilakukan adalah sangat penting. Tujuan dari deteksi ini adalah untuk mengenali lebih dini sehingga strategi penanganan yang tepat dari apa yang akan kemungkinan terjadi dapat dilakukan sedini mungkin. Yang kedua adalah untuk mencegah timbulnya akibat yang lebih buruk di masa mendatang (prognosis).
Kemampuan-kemampuan seperti ini perlu terus ditingkatkan dan advocacy serta edukasi terhada masyarakat terus harus selalu dilakukan agar dapat tercipta masyarakat yang lebih sejahtera.
Kesehatan seseorang harus dilihat dalam sudut pandang yang lebih holistik dan terintegrasi baik secara fisik maupun mental.
Tidak sedikit orang beranggapan bahwa kehidupan 'keras' akan mendidik seseorang menjadi lebih mandiri, lebih tegar, lebih percaya diri dan lain sebagainya. Tidak..!! tidak demikian adanya. Semua itu tergantung dari faktor lain yang ikut dalam kehidupan seseorang.
Faktor resiko seseorang meliputi antara lain :
- Faktor prenatal (masa kehamilan) : lama kehamilan, umur ibu saat hamil, gizi ibu, gizi janin, kesehatan janin-ibu, kondisi emosional ibu saat hamil, konsumsi makanan dan obat-obatan saat kehamilan, aktifitas ibu saat kehamilan.
- Faktor ante natal (saat melahirkan) : trauma lahir, berat badan bayi lahir, proses kelahiran (caesar/normal), obat-obatan saat kelahiran, Apgar score,
- Faktor post natal (sampai umur 2 tahun) : gizi balita, pola asuh, pola keluarga, penanaman nilai dasar, kehangatan emosional keluarga, obat-obat, penyakit kronis
- Faktor masa kanak
- Faktor masa remaja
- Faktor masa dewasa
- Faktor Psikososial
- Faktor Genetik
- Faktor lain dalam mengubah rantai protein : seperti radiasi
begitu kompleksnya faktor-faktor ini menyebabkan prediksi kemungkinan adanya gangguan mental baik ringan maupun berat pada seseorang di masa datang menjadi suatu hal yang masih mustahil. Namun demikian deteksi dini atau pengenalan sejak awal terhada adanya kerentanan tersebut perlu dilakukan adalah sangat penting. Tujuan dari deteksi ini adalah untuk mengenali lebih dini sehingga strategi penanganan yang tepat dari apa yang akan kemungkinan terjadi dapat dilakukan sedini mungkin. Yang kedua adalah untuk mencegah timbulnya akibat yang lebih buruk di masa mendatang (prognosis).
Kemampuan-kemampuan seperti ini perlu terus ditingkatkan dan advocacy serta edukasi terhada masyarakat terus harus selalu dilakukan agar dapat tercipta masyarakat yang lebih sejahtera.
Kesehatan seseorang harus dilihat dalam sudut pandang yang lebih holistik dan terintegrasi baik secara fisik maupun mental.
Thursday, December 4, 2008
DIMANA PARA PSIKIATER SAAT DIBUTUHKAN?
Saat semua orang mengatakan bahwa stres dapat menyebabkan penyakit jantung, hipertensi, meningkatkan kerentanan terhadap diabetes mellitus, penurunan imunitas, mudah terkena sakit kepala, nyeri perut dan lain sebagainya......Ada satu hal yang perlu digars bawahi bahwa bagaimana hubungan antara semua hal tersebut? bagaimana dapat terjadi semua itu? apa makna dari stres itu sendiri? Apa itu stres? dan masih banyak lagi pertanyaan tentang hal tersebut..
Semua orang tahu bahwa bahwa stres dapat menyebabkan penyakit-penyakit mulai dari sistem kardiovaskuler, sistem integumentum, sistem hormonal, sistem respirasi dan lain sebagainya. Banyak informasi tentang hal itu.
Saat penyakit-penyakit tersebut muncul, orang baru berlomba-lomba untuk mencari pengobatan yang paling canggih dan mahal sekalipun. Mulai dari pengobatan yang non medis hingga pengobatan medis sampai ke Singapura, Malaysia, bahkan sampai Belanda dan Amerika. Banyak orang melupakan satu hal bahwa menjaga agar stres tersebut tidak menyebabkan munculnya penyakit-penyakit dengan menjaga ketahanan mental dan mengetahui bagaimana faktor stres tersebut dapat menyebabkan penyakit-penyakit tersebut.
Deteksi dini, pengenalan terhadap faktor-faktor stres, antisipasi sering dilupakan. Peran-peran para praktisi kesehatan terutama psikiater masih dikesampingkan dan di nomer duakan. Adanya pandangan yang miring terhadap peran psikiater masih jauh dari kemampuan yang ada sebenarnya. Psikiater terkadang hanya dipandang sebagai dokter "gila" yang hanya mengobati, memberi obat penenang, obat-obat anti gila dan lain sebagainya. Banyak faktor yang menyebabkan hal itu terjadi. Namun yang penting bahwa, faktor tenaga kesehatan di bidang mental yang dinamakan psikiater diharapkan dapat membantu untuk mengenali, mendeteksi, mencegah dan mengobati sampai pada rehabilitasi gangguan baik fisik maupun mental yang ada pada seseorang.
Semua orang tahu bahwa bahwa stres dapat menyebabkan penyakit-penyakit mulai dari sistem kardiovaskuler, sistem integumentum, sistem hormonal, sistem respirasi dan lain sebagainya. Banyak informasi tentang hal itu.
Saat penyakit-penyakit tersebut muncul, orang baru berlomba-lomba untuk mencari pengobatan yang paling canggih dan mahal sekalipun. Mulai dari pengobatan yang non medis hingga pengobatan medis sampai ke Singapura, Malaysia, bahkan sampai Belanda dan Amerika. Banyak orang melupakan satu hal bahwa menjaga agar stres tersebut tidak menyebabkan munculnya penyakit-penyakit dengan menjaga ketahanan mental dan mengetahui bagaimana faktor stres tersebut dapat menyebabkan penyakit-penyakit tersebut.
Deteksi dini, pengenalan terhadap faktor-faktor stres, antisipasi sering dilupakan. Peran-peran para praktisi kesehatan terutama psikiater masih dikesampingkan dan di nomer duakan. Adanya pandangan yang miring terhadap peran psikiater masih jauh dari kemampuan yang ada sebenarnya. Psikiater terkadang hanya dipandang sebagai dokter "gila" yang hanya mengobati, memberi obat penenang, obat-obat anti gila dan lain sebagainya. Banyak faktor yang menyebabkan hal itu terjadi. Namun yang penting bahwa, faktor tenaga kesehatan di bidang mental yang dinamakan psikiater diharapkan dapat membantu untuk mengenali, mendeteksi, mencegah dan mengobati sampai pada rehabilitasi gangguan baik fisik maupun mental yang ada pada seseorang.
Subscribe to:
Posts (Atom)