Sunday, December 7, 2008

Psikiater series : Deteksi Dini Gangguan Jiwa/Mental

Di dalam setiap kejadian, maka tidak akan pernah lepas dari beberapa hal yang terkait dengan kejadian tersebut. Sedikitnya terdapat dua hal yaitu faktor resiko, dan faktor pencetus (trigger factor). Begitu pun dalam masalah-masalah kejiwaan. Faktor-faktor resiko terjadinya masalah dalam kejiwaan seseorang telah terbentuk sejak masa dalam kandungan dan akan terus berkembang hingga akhir hayatnya. Faktor resiko ini menyebabkan seseorang menjadi tahan terhadap stres ataupun malah sebaliknya seseorang menjadi rentan terhadap stres.
Tidak sedikit orang beranggapan bahwa kehidupan 'keras' akan mendidik seseorang menjadi lebih mandiri, lebih tegar, lebih percaya diri dan lain sebagainya. Tidak..!! tidak demikian adanya. Semua itu tergantung dari faktor lain yang ikut dalam kehidupan seseorang.
Faktor resiko seseorang meliputi antara lain :
- Faktor prenatal (masa kehamilan) : lama kehamilan, umur ibu saat hamil, gizi ibu, gizi janin, kesehatan janin-ibu, kondisi emosional ibu saat hamil, konsumsi makanan dan obat-obatan saat kehamilan, aktifitas ibu saat kehamilan.
- Faktor ante natal (saat melahirkan) : trauma lahir, berat badan bayi lahir, proses kelahiran (caesar/normal), obat-obatan saat kelahiran, Apgar score,
- Faktor post natal (sampai umur 2 tahun) : gizi balita, pola asuh, pola keluarga, penanaman nilai dasar, kehangatan emosional keluarga, obat-obat, penyakit kronis
- Faktor masa kanak
- Faktor masa remaja
- Faktor masa dewasa
- Faktor Psikososial
- Faktor Genetik
- Faktor lain dalam mengubah rantai protein : seperti radiasi

begitu kompleksnya faktor-faktor ini menyebabkan prediksi kemungkinan adanya gangguan mental baik ringan maupun berat pada seseorang di masa datang menjadi suatu hal yang masih mustahil. Namun demikian deteksi dini atau pengenalan sejak awal terhada adanya kerentanan tersebut perlu dilakukan adalah sangat penting. Tujuan dari deteksi ini adalah untuk mengenali lebih dini sehingga strategi penanganan yang tepat dari apa yang akan kemungkinan terjadi dapat dilakukan sedini mungkin. Yang kedua adalah untuk mencegah timbulnya akibat yang lebih buruk di masa mendatang (prognosis).
Kemampuan-kemampuan seperti ini perlu terus ditingkatkan dan advocacy serta edukasi terhada masyarakat terus harus selalu dilakukan agar dapat tercipta masyarakat yang lebih sejahtera.
Kesehatan seseorang harus dilihat dalam sudut pandang yang lebih holistik dan terintegrasi baik secara fisik maupun mental.

No comments: